LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN I
STRUKTUR DAN PROSES SOSIAL
MASYARAKAT KAMPUNG NELAYAN DESA TASIK AGUNG
REMBANG – JAWA TENGAH
Disusun oleh:
Puji Setriyaningsih 11413244003
Ayu Riyanti 11413244007
Riana Asrifah 11413244012
Yudha Irawan 11413244022
Jian Pramasta 11413244023
Bianca Paramita K.D 11413244035
Prima Ratih T.S 11413244036
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) I ini dapat
diselesaikan tepat pada waktuya`tanpa ada halangan suatu apapun. Kemudian
sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw.
Dalam penyusunan laporan KKL I ini tentunya tidak terlepas dari
berbagai kendala. Namun, dengan adanya berbagai pihak yang senantiasa membantu
sehingga proses penulisan laporan ini dapat dipungkaskan. Berhubungan dengan
hal itu, kami selaku penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
berikut:
1. Ibu Poerwanti Hadi Pratiwi, M. Si
selaku dosen pembimbing mata kuliah Struktur dan Proses Sosial yang senantiasa
memberikan materi kuliah dengan penuh kesabaran, sehingga kami benar-benar
paham dan mampu menerapkannya langsung dalam masyarakat.
2. Bapak Grendi Hendrastomo selaku
dosen pembimbing penyusunan laporan KKL I tentang struktur dan proses sosial
kehidupan masyarakat Kampung Nelayan Desa Tasik Agung, Kabupaten Rembang, Jawa
Tengah.
3. Segenap panitia KKL I yang telah
memfasilitasi kegiatan KKL I ini sehingga, kami mendapatkan wawasan baru di
luar lingkungan kampus dan sekaligus mengaplikasikan mata kuliah terhadap
analisis lapangan.
4.
Para
dosen yang mendampingi pelaksanaan kegiatan KKL I, yaitu Ibu Indah, M.Si. dan
Ibu Puji Lestari, M.Hum
5.
Mas
Hervan Oktaria selaku kontibutor dari GSM Tour Organizer dalam bidang akomodasi
pelaksanaan KKL I.
6. Kedua orang tua kami yang selalu
memberikan dukungan material dan immaterial.
7.
Teman-teman
yang selalu memberikan motivasi dan inspirasi, serta pihak-pihak lain yang
tidak bisa kami sebutkan satu per satu.
Mengingat
adanya ketidaksempurnaan dalam penulisan laporan ini, kami senantiasa mengharap
kritik dan saran dari berbagai pihak untuk bahan pertimbangan dan perbaikan
pada laporan berikutnya. Semoga laporan ini memberikan manfaat bagi semua
pembaca dan penulis pada khususnya. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Pengantar
Kita di ciptakan ke dunia ini tentu
untuk melakukan banyak hal, salah satunya adalah melakukan interaksi dengan
manusia lain yang ada dalam kehidupan kita, dari hasil interaksi tersebut maka
akan tumbuh kelompok-kelompok kecil yang kemudian terbentuk menjadi masyarakat.
Masyarakat merupakan struktur dan proses sosial yang perlu dipelajari dengan
seksama dan mendalam. Bentuk-bentuk masyarakat sangat beragam dan luas
cakupannya. Antara masyarakat satu dan lain berbeda, begitu pula dengan
struktur dan proses social di dalamnya.. karena hal itu kita di anjurkan untuk
terjun langsung ke lapangan, agar apa yang di teliti dapat diyakini
kebenarannya.
‘Tak ada gading yang tak retak’. Mungkin
peribahasa itu yang cocok untuk makalah ini. Makalah ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan. Namun setidaknya kekurangan tersebut bisa dibatasi
dengan komentar baik kritik ataupun saran dari pembaca ataupun penelaah makalah
ini. Oleh karena itu, kami penulis mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca guna perbaikan kami ke depannya.
B.
Fokus Penyelidikan
Sesuai dengan latar belakang atau pengantar tersebut maka penulis
membatasi masalah penelitian yaitu memfokuskan pada kajian struktur dan pola
proses masyarakat kampung nelayan Desa Tasik Agung Kabupaten Rembang yang
mengkaji tentang differensiasi sosialnya.
C.
Tujuan Penyelidikan
Tujuan
dalam penyelidikan ini adalah sebagai berikut :
1. Penyelidikan ini dilakukan untuk
mengetahui struktur sosial apa saja yang terdapat dalam masyarakat kampung
nelayan beserta proses sosial yang terjadi didalamnya
2. Penyelidikan ini untuk memberikan
tambahan wawasan sosial pembaca.
3.
Penyelidikan
ini untuk memberikan latihan para pembaca untuk mengidentifisikasi ataupun
mengadakan pengolahan fakta sosial yang ada dalam masyarakat kampung nelayan.
D. Manfaat Penyelidikan
Hasil penyelidikan ini diharapkan dapat bermanfaat sebagaimana
mestinya.
1. Manfaat teoritis
1)
Dengan
adanya penyelidikan ini diharapkan bermanfaat bagi program studi pendidikan
sosiologi yaitu kajian mengenai masyarakat terutama yang mengenai struktur dan
proses sosial.
2)
Bagi
mahasiswa khususnya mahasiswa sosiologi diharapkan menambah perbendaharaan ilmu
pengetahuan terutama kajian tentang masyarakat.
3) Penyelidikan ini juga diharapkan
dapat menjadi referensi bagi penyelidikan selanjutnya.
2. Manfaat praktis
1)
Bagi
penulis memberi bekal pengalaman untuk mengapliskasikan pengetahuan yang
dimiliki untuk membantu dan memahami problematika yang ada didalam masyarakat.
2)
Bagi
masyarakat penyelididkan ini diharapkan mampu memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan tentang potensi dalam masyrakat yang belum tergali sehingga dapat
lebih meningkatkan potensi yang ada dalam masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Struktur Sosial
Masyarakat dapat ditinjau dari
sudut struktural dan dinamikanya. Sudut struktural dinamakan juga sebagai
strutur sosial, yang memiliki arti sebagai jalinan antara unsur-unsur sosial
yang pokok. Kemudian dalam Taneko (1984:47: menyatakan bahwa struktur sosial
suatu pergaulan hidup manusia meliputi berbagai tipe kelompok yang terjadi dari
banyak orang dan meliputi pula lembaga-lembaga di dalam mana orang banyak
tersebut ambil bagian. Unsur-unsur pokok dari struktur sosial suatu masyarakat
meliputi hal-hal berikut:
1. Kelompok-kelompok sosial
2. Lembaga-lembaga sosial atau
institusi sosial
3. Kaedah-kaedah atau norma sosial
4. Lapisan-lapisan atau stratifikasi
sosial
2. Pengertian Proses Sosial
Dalam bukunya yang berjudul
Struktur dan Proses Sosial (1984:109), Taneko menyatakan bahwa proses sosial
adalah pengaruh timbal balik antara berbagai bidang kehidupan bersama.
Misalnya, segi kehidupan ekonomi dengan kehidupan politik, segi kehidupan politik
dengan kehidupan hukum, dan seterusnya. Proses sosial memiliki bentuk utama
yaitu berupa interaksi sosial, yang mana terdiri dari dua unsur pokok seperti
kontak dan komunikasi.
3.
Unsur-unsur
Struktur Sosial
1. Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial telah ada
sejak peradaban Yunani Kuno. Aristoteles menyatakan (dalam Soekanto, 2006:197)
bahwa dalam suatu negara terdapat tiga unsur kemasyarakatan, yaitu mereka yang
kaya sekali, melarat, dan berada di tengah-tengahnya. Stratifikasi /
stratification (inggris) berasal dari kata stratum (jamaknya: strata yang
berati lapisan).1
Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa stratifikasi sosial adalah pembedaan
penduduk atau masyarakat dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis).
Definisi lain tentang stratifikasi
sosial yaitu merupakan hasil kebiasaan hubungan antar manusia secara teratur
dan tersusun, sehingga setiap orang mempunyai situasi yang menentukan
hubungannya dengan orang lain secara vertikal maupun horizontal dalam suatu
masyarakat.2
Menurut Joseph B. Gitter (dalam Susanto, 1983: 65) peranan yang diambil oleh
orang dalam masyarakat ditentukan oleh situasi kelompok.
Dalam hal ini jelas bahwa
stratifikasi dipengaruhi oleh situasi masyarakat yang ditentukan oleh
masyarakat itu sendiri. Stratifikasi sangat dipengaruhi oleh peran dan status
seseorang dalam masyarakat. Peran adalah kewajiban seseorang yang harus
dijalankan sesuai dengan kedudukannya. Status merupakan kedudukan sosial
seseorang dalam masyarakat.
2. Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial (Social Mobility)
merupakan suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial
lainnya. Masyarakat yang memiliki sistem stratifikasi sosial terbuka maka
mereka memiliki kecenderungan tingkat mobilitas sosial yang tinggi, sedangkan
masyarakat yang memiliki stratifikasi sosial tertutup tingkat mobilitasnya
cenderung rendah.3
3. Institusi Sosial/ Pranata Sosial
Sejauh ini belum ada perbedaan
yang jelas antara institusi sosial dan pranata sosial, sehingga keduanya masih
dianggap sama. Menurut Koentjaraningrat (dalam Soekanto, 2006: 171) pranata
sosial merupakan suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada
aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam
kehidupan masyarakat. Sementara itu menurut Howard Becker (dalam Soekanto,
2006: 173) institusi sosial adalah suatu jaringan proses-proses hubungan
antarmanusia dan antarkelompok yang berfungsi untuk memelihara
hubungan-hubungan serta pola-pola tersebut sesuai dengan
kepentingan-kepentingan manusia dan kelompoknya.
Teori tentang fakta sosial juga
dapat menjelaskan adanya institusi sosial. Durkheim menjelaskan kenyataan
sosial sebagai sesuatu yang bersifat umum dan bersifat eksternal bagi individu/
masyarakat dan memaksa. Contoh dari fakta sosial itu sendiri adalah stuktur sosial
yang penekanannya pada institusi sosial.4
4. Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan bentuk
umum dari proses sosial, bahkan ada sejumlah orang yang menganggap bahwa
keduanya sama saja. Syarat terjadinya suatu interaksi sosial yaitu kontak dan
komunikasi.5
Interaksi sosial sebagai proses pengaruh mempengaruhi, menghasilkan hubungan tetap
yang akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial.6.
Sementara itu menurut salah satu prinsip dasar interaksionisme simbolik
kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi sosial.7
5. Norma-Norma Sosial
Norma merupakan pengaktualisasian
dari suatu nilai, yaitu sesuatu yang dianggap mempunyai nilai tinggi dan harus
dihormati. Norma ini merupakan wujud konkrit dari nilai-nilai yang dianut
masyarakat. Nilai dan norma mempengaruhi jalannya suatu proses sosial. Hal ini
diperkuat oleh pernyataan Laswell dan Kaplan bahwa proses sosial sangat luas
dan untuk mencapai semua kegiatan dalam masyarakat perlu melibatkan masalah
sistem nilai yang oleh individu atau kelompok diusahakan untuk disebarluaskan.
Maka jelas bahwa setiap proses sosial melibatkan penerimaan atau penolakan dari
norma-norma yang disebar secara sadar maupun tidak sadar, secara langsung atau
tidak langsung.
Berdasarkan sanksinya norma bisa
debedakan atas hal berikut:
·
Cara
(usage)
·
Kebiasaan
(folkways)
·
Tata
kelakuan (mores)
·
Ada
istiadat (custom)
Kemudian berdasaran
jenisnya norma dibagi menjadi norma agama, norma hukum, norma kesopanan, dan
nilai kesusilaan.
6. Kelompok Sosial
Bierens den Haan (dalam Susanto,
1983: 37) mengatakan bahwa suatu kelompok memperoleh bentuknya dari kesadaran
akan keterikatan pada anggota-anggotanya. Sementara itu kelompok sosial
terbentuk dari suatu proses sosial (suatu perubahan-perubahan dalam struktur
masyarakat sebagai hasil dari komunikasi dan usaha saling mempengaruhi para
individu dalam kelompok).8
Kelompok sosial akan terbentuk dengan sendirinya melalui proses sosial dan
sosialisasi, dan kelompok demikian dikenal dengan istilah group yang memiliki
ciri:
”an
organization of two or more indivuduals in a role structure adapted to the
performence of a particular function,” yaitu dalam suatu kelompok sosial telah
terbentuk pembagian kerja karena masing-masing seakan-akan mempunyai tugasnya
sendiri-sendiri.
Kemudian sesuai dalam prinsip
dasar interaksionisme simbolik, pola tindakan dan interaksi akan membentuk
kelompok dan masyarakat.9
Seperti yang terjadi dalam Tasik Agung, kelompok paguyuban nelayan terbentuk
karena pola tindakan dari masyarakat yang mayoritas nelayan.
7.
Differensiasi social
Diferensiasi adalah klasifikasi
terhadap perbedaan-perbedaan yang biasanya sama. Pengertian sama disini
menunjukkan pada penggolongan atau klasifikasi masyarakat secara horisontal,
mendatar, atau sejajar. Asumsinya adalah tidak ada golongan dari pembagian
tersebut yang lebih tinggi daripada golongan lainnya. Pengelompokan horisontal
yang didasarkan pada perbedaan ras, etnis (suku bangsa), klen dan agama disebut
kemajemukan sosial sedangkan pengelompokan berasarkan perbedaan profesi dan
jenis kelamin disebut heterogenitas sosial.
Diferensiasi sosial adalah pengelompokan masyarakat
secara horizontal berdasarkan pada ciri-ciri tertentu.
1. Ciri-ciri yang Mendasari Diferensiasi Sosial.
Diferensiasi sosial ditandai dengan adanya
perbedaan berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Ciri Fisik
Diferensiasi ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri
tertentu. Misalnya : warna kulit, bentuk mata, rambut, hidung, muka, dsb.
b. Ciri Sosial
Diferensiasi sosial ini muncul karena perbedaan
pekerjaan yang menimbulkan cara pandang dan pola perilaku dalam masyarakat
berbeda. Termasuk didalam kategori ini adalah perbedaan peranan, prestise dan
kekuasaan. Contohnya : pola perilaku seorang perawat akan berbeda dengan
seorang karyawan kantor.
c. Ciri Budaya
Diferensiasi budaya berhubungan erat dengan
pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai yang dianutnya, seperti
religi ataukepercayaan, sistem kekeluargaan, keuletan dan ketangguhan (etos).
Hasil dari nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat dapat kita lihat dari bahasa,
kesenian, arsitektur, pakaian adat, agama, dsb.
2. Bentuk-bentuk Diferensiasi Sosial
Pengelompokan masyarakat membentuk delapan kriteria
diferensiasi sosial.
a. Diferensiasi Ras
Ras adalah suatu kelompok manusia yang memiliki
ciri-ciri fisik bawan yang sama. Diferensiasi ras berarti pengelompokan
masyarakat berdasarkan ciri- ciri fisiknya, bukan budayanya.
Secara garis besar, manusia dibagi ke dalam ras-ras
sebagai berikut :
1) Menurut A.L. Krober
§ Austroloid, mencakup penduduk asli Australia (Aborigin)
§ Mongoloid :
- Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah dan
Asia Timur)
- Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Indonesia,
Malaysia, Filiphina, penduduk asli Taiwan)
- American Mongoloid (penduduk asli Amerika)
§ Kaukasoid :
- Nordic (Eropa Utara, sekitar L. Baltik)
- Alpine (Eropa Tengah dan Eropa Timur)
- Mediteranian (sekitar L. Tengah, Afrika Utara,
Armenia, Arab, Iran)
- Indic (Pakistan, India, Bangladesh, Sri Langka)
§ Negroid :
- African Negroid (Benua Afrika)
- Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Malaya yang
dikenal dengan nama orang Semang, Filipina)
- Melanesian (Irian, Melanesia)
§ Ras-ras khusus (tidak dapat diklasifikasikan ke
dalam empat ras pokok) :
- Bushman (gurun Kalahari, Afrika Selatan)
- Veddoid (pedalaman Sri Langka, Sulawesi Selatan)
- Polynesian (kepulauan Micronesia dan Polynesia)
- Ainu (di pulau Hokkaido dan Karafuto Jepang)
2) Menurut Ralph Linton
- Mongoloid, dengan ciri-ciri kulit kuning sampai
sawo matang, rambut lurus, bulu badan sedikit, mata sipit (terutama Asia Mongoloid).
Ras Mongoloid dibagi menjadi dua, yaitu Mongoloid Asia dan Indian. Mongoloid
Asia terdiri dari Sub Ras Tionghoa (terdiri dari Jepang, Taiwan, Vietnam) dan
Sub Ras Melayu. Sub Ras Melayu terdiri dari Malaysia, Indonesia, dan Filipina.
Mongoloid Indian terdiri dari orang- orang Indian di Amerika.
- Kaukasoid, memiliki ciri fisik hidung mancung,
kulit putih, rambut pirang sampai coklat kehitam-hitaman, dan kelopak mata
lurus. Ras ini terdiri dari Sub Ras Nordic, Alpin, Mediteran, Armenoid dan
India.
- Negroid, dengan ciri fisik rambut keriting, kulit
hitam, bibir tebal dan kelopak mata lurus. Ras ini dibagi menjadi Sub Ras
Negrito, Nilitz, Negro Rimba, Negro Oseanis dan Hotentot-Boysesman. Aborigin.
- Bagaimana dengan Indonesia ? Sub ras apa saja
yang mendiami negara kita ini ?
- Indonesia didiami oleh bermacam-macam Sub Ras
sebagai berikut:
- Negrito, yaitu suku bangsa Semang di Semenanjung
Malaya dan sekitarnya.
- Veddoid, yaitu suku Sakai di Riau, Kubu di
Sumatera Selatan, Toala dan Tomuna di Sulawesi.
- Neo Melanosoid, yaitu penduduk kepulauan Kei dan
Aru.
- Melayu, yang terdiri dari dua :
- Melayu Tua (Proto Melayu), yaitu orang Batak,
Toraja dan Dayak
- Melayu Muda (Deutro Melayu), yaitu orang Aceh,
Minang, Bugis/ Makasar, Jawa, Sunda, dsb.
b. Diferensiasi Suku Bangsa (Etnis)
Apa yang dimaksud dengan suku bangsa atau etnis itu
? Menurut Hassan Shadily MA, suku bangsa atau etnis adalah segolongan rakyat
yang masih dianggap mempunyai hubungan biologis. Diferensiasi suku bangsa
merupakan penggologan manusia berdasarkan ciri-ciri biologis yang sama, seperti
ras. Namun suku bangsa memiliki ciri-ciri paling mendasar yang lain, yaitu
adanya kesamaan budaya. Suku bangsa memiliki kesamaan berikut :
- ciri fisik
- kesenian
- bahasa daerah
- adat istiadat
Suku bangsa yang ada di Indonesia antara lain :
- di Pulau Sumatera : Aceh, Batak, Minangkabau,
Bengkulu, Jambi, Palembang, Melayu, dsb.;
- di Pulau Jawa : Sunda, Jawa, Tengger, dsb.;
- di Pulau Kalimantan : Dayak, Banjar, dsb.;
- di Pulau Sulawesi : Bugis, Makasar, Toraja,
Minahasa, Toli-toli, Bolaang
- -Mangondow, Gorontalo, dsb.;
- di Kep. Nusa Tenggara : Bali, Bima, Lombok,
Flores, Timor, Rote, dsb.;
- di Kep. Maluku dan : Ternate, Tidore, Dani,
Asmat, dsb.
- Irian
c. Diferensiasi Klen (Clan)
Klen (Clan) sering juga disebut kerabat luas atau
keluarga besar. Klen merupakan kesatuan keturunan (genealogis), kesatuan
kepercayaan (religiomagis) dan kesatuan adat (tradisi). Klen adalah sistem
sosial yang berdasarkan ikatan darah atau keturunan yang sama umumnya terjadi
pada masyarakat unilateral baik melalui garis ayah (patrilineal) maupun garis
ibu (matrilineal).
* Klen atas dasar garis keturunan ayah
(patrilineal) antara lain terdapat pada:
- Masyarakat Batak (dengan sebutan Marga)
- Marga Batak Karo : Ginting, Sembiring,
Singarimbun, Barus, Tambun, Paranginangin;
- Marga Batak Toba : Nababan, Simatupang, Siregar;
- Marga Batak Mandailing : Harahap, Rangkuti,
Nasution, Batubara, Daulay.
- Masyarakat Minahasa (klennya disebut Fam) antara
lain : Mandagi, Lasut, Tombokan, Pangkarego, Paat, Supit.
- Masyarakat Ambon (klennya disebut Fam) antara
lain : Pattinasarani, Latuconsina, Lotul, Manuhutu, Goeslaw.
- Masyarakat Flores (klennya disebut Fam) antara
lain : Fernandes, Wangge, Da Costa, Leimena, Kleden, De- Rosari, Paeira.
* Klen atas dasar garis keturunan ibu (matrilineal)
antara lain terdapat pada masyarakat Minangkabau, Klennya disebut suku yang
merupakan gabungan dari kampuang-kampuang. Nama-nama klen di Minangkabau antara
lain : Koto, Piliang, Chaniago, Sikumbang, Melayu, Solo, Dalimo, Kampai, dsb.
Masyarakat di Flores, yaitu suku Ngada juga menggunakan sistem Matrilineal.
d. Diferensiasi Agama
Menurut Durkheim agama adalah suatu sistem terpadu
yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal-hal yang
suci. Agama merupakan masalah yang essensial bagi kehidupan manusia karena
menyangkut keyakinan seseorang yang dianggap benar. Keyakinan terhadap agama
mengikat pemeluknya secara moral. Keyakinan itu membentuk golongan masyarakat
moral (umat). Umat pemeluk suatu agama bisa dikenali dari cara berpakaian, cara
berperilaku, cara beribadah, dan sebagainya. Jadi, Diferensiasi agama merupakan
pengelompokan masyarakat berdasarkan agama/kepercayaannya.
1) Komponen-komponen Agama
* Emosi keagamaan, yaitu suatu sikap yang tidak
rasional yang mampu menggetarkan jiwa, misalnya sikap takut bercampur percaya.
* Sistem keyakinan, terwujud dalam bentuk
pikiran/gagasan manusia seperti keyakinan akan sifat-sifat Tuhan, wujud alam gaib,
kosmologi, masa akhirat, cincin sakti, roh nenek moyang, dewa-dewa, dan
sebagainya.
* Upacara keagamaan, yang berupa bentuk ibadah
kepada Tuhan, Dewa-dewa dan Roh Nenek Moyang.
* Tempat ibadah, seperti Mesjid, Gereja, Pura,
Wihara, Kuil, Klenteng.
* Umat, yakni anggota salah satu agama yang
merupakan kesatuan sosial.
2) Agama dan Masyarakat
Dalam perkembangannya agama mempengaruhi masyarakat
dan demikian juga masyarakat mempengaruhi agama atau terjadi interaksi yang
dinamis. Di Indonesia, kita mengenal agama Islam, Katolik, Protestan, Budha dan
Hindu. Disamping itu berkembang pula agama atau kepercayaan lain, seperti Khong
Hu Chu, Aliran Kepercayaan, Kaharingan dan Kepercayaan-kepercayaan asli
lainnya.
e. Diferensiasi Profesi (pekerjaan)
Profesi atau pekerjaan adalah suatu kegiatan yang
dilakukan manusia sebagai sumber penghasilan atau mata pencahariannya.
Diferensiasi profesi merupakan pengelompokan masyarakat yang didasarkan pada
jenis pekerjaan atau profesinya. Profesi biasanya berkaitan dengan suatu ketrampilan
khusus. Misalnya profesi guru memerlukan ketrampilan khusus, seperti : pandai
berbicara, suka membimbing, sabar, dsb. Berdasarkan perbedaan profesi kita
mengenal kelompok masyarakat berprofesi seperti guru, dokter, pedagang, buruh,
pegawai negeri, tentara, dan sebagainya. Perbedaan profesi biasanya juga akan
berpengaruh pada perilaku sosialnya. Contohnya, perilaku seorang guru akan
berbeda dengan seorang dokter ketika keduanya melaksanakan pekerjaannya.
f. Diferensiasi Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan kategori dalam masyarakat
yang didasarkan pada perbedaan seks atau jenis kelamin (perbedaan biologis).
Perbedaan biologis ini dapat kita lihat dari struktur organ reproduksi, bentuk
tubuh, suara, dan sebagainya. Atas dasar itu, terdapat kelompok masyarakat
laki-laki atau pria dan kelompok perempuan atau wanita.
g. Diferensiasai Asal Daerah
Diferensiasi ini merupakan pengelompokan manusia
berdasarkan asal daerah atau tempat tinggalnya, desa atau kota. Terbagi
menjadi:
- masyarakat desa : kelompok orang yang tinggal di
pedesaan atau berasal dari desa;
- masyarakat kota : kelompok orang yang tinggal di
perkotaan atau berasal dari kota.
Perbedaan orang desa dengan orang kota dapat kita
temukan dalam hal-hal berikut ini : – perilaku
- tutur kata
- cara berpakaian
- cara menghias rumah, dsb.
Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa masyarakat majemuk atau diferensisasi sosial adalah pembedaan
penduduk atau warga masyarakat ke dalam golongan – golongan atau kelompok –
kelompok secara hoirizontal atau tidak bertingkat. Adapun wujudnya adalah
penggolongan penduduk atas dasar ras, susku bangsa, agama dan lain – lain. Dalm
pembedaan tersebut tidak menunjukkan tinggi rendahnya martabat atau derajat
seseorang sebagaimana yang terdapat dalam stratifikasi sosial atau pelapisan
sosial masyarakat. Dengan kata lain, pembedaan ras, suku bangsa, agama dalam
masyarakat Indonesia bukan merupakan bentuk pelapisan sosial, tetapi merupakan
pembagian sosial yang mempunyai kedudukan atau derajat yang sama.
BAB
III
METODOLOGI
PENYELIDIKAN
1. Lokasi
penyelidikan
Penyelidikan
mengenai struktur dan proses sosial dilakukan di lingkungan masyarakat Kampung
Nelayan yang lokasinya berada di Desa Tasik Agung, Kabupaten Rembang, Provinsi
Jawa Tengah.
2. Tema
penyelidikan
Tema penyelidikan
yang kami lakukan mengenai struktur dan proses sosial yang ada dimasyarakat
Kampung Nelayan, Desa Tasik Agung, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah.
3. Sumber
data
Dalam memperoleh
data penelitian ini ami menggunakan beberapa sumber data berikut:
1. Sumber
data primer
Sumber data primer merupakan sumber
data yang diperoleh secara langsung, yang terdiri dari warga atau masyarakat
desa tasik agung, para nelayan, dan pihak- pihak yang terkait (kepala desa).
Sumber primer merupakan sumber yang terpercaya atau relevan, karena disini ada
fakta yang dibicarakan oleh warga saat wawancara.
2. Sumber
data sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber
data yang diperoleh secara tidak langsung, seperti buku, internet, Koran, dll.
Ini merupakan sumber tambahan untuk memperkuat atau mendukung masalah yang kita
bahas.
4. Teknik
pengumpulan data
Teknik pengumpulan
data merupakan suatu cara memperoleh data- data yang diperlukan dalam
penelitian. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan antara lain sebagai
berikut :
1. Observasi
Observasi merupakan
aktivitas penelitian dalam rangka mengumpulkan data yang berkaitan dengan
masalah penelitian melalui proses pengamatan langsung dilapangan. Peneliti
berada ditempat itu, untuk mendapatkan bukti- bukti yang valid dalam laporan
yang akan diajukan.
2. Wawancara
Wawancara merupakan
suatu percakapan yang dilakukan oleh peneliti kepada narasumber. Dalam
wawancara ini peneliti berusaha menggali informasi sebanyak- banyaknya dari
masyarakat , dan berfikir kreatif atau kritis untuk mendapatkan data tersebut.
3. Dokumentasi
Dokumentasi
merupakan cara mengumpulkan data dengan menggunakan dokumen sebagai sumber data
yang dapat diperoleh dengan melihat, mengabadikan gambar, mencatat, dan apa
yang ada dimasyarakat tasik agung rembang.
5. Teknik
analisis Data
Menurut Patton,
analisa data merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke
dalam suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Hal ini
dikemukakan oleh Puji Lestari (2006 dalam Widagdo, 2010). Dalam tahap ini,
peneliti melakukan analisa data selama proses pengumpulan data masih
berlangsung dan setelah selesai mengumpulkan data.
Data yang telah
diperoleh di lapangan kemudian diproses dan diolah sehingga didapat kesimpulan
dari hasil penelitian. Proses analisa data menurut Miles dan Huberman (dalam
Widagdo, 2010) dilakukan melalui empat tahap, yakni pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
1. Pengumpulan
data
Hal pertama yang
dilakukan adalah dengan cara menggali data dari berbagai sumber, yaitu dengan
wawancara, pengamatan yang kemudian diuliskan dalam catatan lapangan,
memanfaatkan dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan lain sebagainya.
2. Reduksi
data
Reduksi data
diartikan sebagai proses dimana peneliti melakukan pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar dari
catatan tertulis di lapangan. Hal tersebut dikemukakan oleh Matthew B Miles dan
A. Michael Huberman (1992 dalam Widagdo,2010). Reduksi data dibuat dengan
tahapan proses sehingga dapat mempermudah dalam penyajian data maupun penarikan
kesimpulan.
3. Penyajian
data
Penyajian data
dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam melihat hasil penyelidikan.
Banyaknya data yang diperoleh menyulitkan peneliti melihat gambaran hasil
penyelidikan maupun penarikan kesimpulan.
4. Penarikan
kesimpulan
Penarikan kesimpulan
menyangkut intepretasi peneliti, yakni penafsiran makna dari data yang
disajikan. Peneliti berusaha mencari makna dari data yang dihasilkan dari
penyelidikan serta menganalisa data dan kemudian membuat kesimpulan. Sebelum
menarik kesimpulan, peneliti harus mencari hubungan antar detail bahasan untuk
kemudian dipelajari, dianalisis dan kemudian disimpulkan. Proses penyimpulan
merupakan proses yang membutuhkan pertimbangan yang matang.
BAB IV
PEMBAHASAN
DAN ANALISIS
1. Deskripsi Objek
Kampung
Nelayan yang merupakan lokasi penelitian terletak di desa Tasik Agung Kecamatan
Rembang Kabupaten Rembang Propinsi Jawa Tengah. Tasik Agung merupakan desa
pesisir yang berada disebelah utara jalur Pantura. Batas-batas desa Tasik Agung
meliputi:
utara: laut Jawa
timur : pantai Kartini yang
sekarang menjadi Dampo Awang Beach
barat : desa Tanjung Sari yang
dibatasi oleh sungai Karanggeneng
selatan : desa Sumberjo.
Pelabuhan
Tasik Agung memiliki dermaga sebagai tempat berlabuh kapal-kapal, kemudian
memiliki tempat pelelangan ikan (TPI) dengan lahan seluas 3 hektare. TPI dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu TPI sebelah timur yang produksinya khusus
didistribusikan di dalam negri dan TPI sebelah barat yang produksinya khusus
diimpor. Fasilitas TPI memiliki fasilitas dermaga bongkar, dermaga muat, turap
(spell), jetty, jalan kompleks, dan drainase. Kemudian fasilitas fungsional
meliputi lantai lelang, tempat pengepakan, gedung administrasi, timbangan,
trais keranjang ikan, kereta pengangkut ikan, tempat jemuran ikan, pabrik es
mini. Di samping itu, ada fasilitas penunjang berupa kantor perhubungan, kantor
polairut, mushola, kantor HNSI, KUD, dan kendaraan roda dua.
A. Kajian
Teori
B. Pokok-Pokok
Temuan
Differensiasi social
Dengan adanya globalisasi di dunia saat
ini tentu menpengarng reuhi struktur dan proses social dalam masyarakat. Hal
ini juga tidak dapat di hindari oleh masyarakat desa Tasik Agung Rembang. Di
desa ini sudah Nampak berbagai perbedaan di dalam sendi-sendi kehidupan
masyarakat, di antara perbedaan yang ada, yang paling mencolok adalah perbedaan
agama. Jika kita menilik lebih dalam mengenai desa ini, maka akan menemui
berbagai bangunan tempat ibadah di antaranya masjid,gereja,kuil,dan wihara.
jaraknya pun tidak berjauhan antara bangunan satu dan lainnya. Ini cukup
membuktikan bahwa masyarakat desa tasik agung rembang sangat plural. Menurut
narasumber kami selaku ketua RT di desa tersebut, tidak pernah ada konflik
apapun yan g di dasari oleh perbedaan agama, Bahkan penganut dari setiap agama
saling bahu membahu jika ada acara yang di dasarkan oleh agama. Contohnya jika
hari raya Idul Fitri penganut agama lainpun ikut merayakan, begitupun
sebaliknya.
Daftar pustaka
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/05/diferensiasi-sosial-5/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar